Minggu, 26 Mei 2013

Sejarah sulam usus

Pada awalnya, sulam usus adalah bagian dari seperangkat pakaian adat pengantin wanita dari daerah Lampung. Sulam usus pada awalnya berfungsi sebagai penutup bagian dada (bebe) di atas balutan kain tapis. Selanjutnya, sulam usus dikreasikan sebagai baju, kebaya, atau gaun dan dengan bawahan kain dapat membuat pakaian kita menjadi serasi.

Sulam Usus adalah sulaman yang indah berbahan baku kain satin berbentuk usus ayam dengan motif yang khas.
Sulam Usus dirajut dengan benang emas dan adapula yang  disertai  dengan kaca dan uang  logam kuno.
Sulam Usus merupakan salah satu contoh warisan nenek moyang.
Sulam Usus banyak diminati oleh masyarakat di daerah-daerah lokal maupun mancanegara.
Sulam Usus memiliki nilai jual yang tinggi.
Sulam Usus banyak dipasarkan di daerah-daerah dalam negeri seperti ; Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Sedangkan pemasaran ke luar negeri mencakup negara ; Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Di dalam negeri nilai penjualan sulam usus sangat tinggi. Sulam usus dihargai dari Rp.70.000; hingga Rp.500.000; per buah.
Dan tergantung dengan motifnya. Semakin sulit motifnya, maka akan semakin mahal harganya.
Namun pada saat ini, kerajinan sulam usus sudah semakin sedikit yang menggeluti. Hal ini disebabkan oleh pengerjaannya yang rumit dan membutuhkan kesabaran tinggi dalam proses pengerjaannya.
Contohnya saja : untuk membuat sebuah kebaya diperlukan waktu ± satu pekan pengrajutan.

Sulam usus saat ini banyak dikemas dalam berbagai bentuk.
Sulam usus banyak dipasarkan dalam bentuk:
baju kebaya, taplak meja, sarung bantal kursi, kopiah, maupun peci.

0 komentar:

Posting Komentar