Proses Pembuatan Kain Tapis
Kain Tapis biasanya dibuat oleh
wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) ketika
waktu senggang. Pembuatan kain ini bertujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang
dianggap sakral. Saat ini, pembuatan Kain Tapis dibuat oleh penenenun
profesional di rumah-rumah produksi tenun, dan digunakan untuk memenuhi
permintaan pasar (http://www.visitLampung2009.com).
Tahap paling
awal pembuatan Kain Tapis adalah pemintalan kapas (khambak) menjadi
benang katun, dan pemintalan kepompong ulat sutera menjadi benang emas. Kemudian benang-benang tersebut diawetkan dengan cara direndam dalam air
yang dicampur dengan akar serai wangi. Setelah proses pengawetan selesai, tahap
selanjutnya adalah proses pewarnaan benang dengan menggunakan bahan-bahan
alami. Untuk mendapatkan benang berwarna coklat misalnya, benang katun direndam
dalam air yang dicampur dengan serbuk kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian.
Setelah warna benang sesuai dengan warna yang diinginkan, maka benang direndam
dalam air yang dicampur daun sirih. Perendaman ini bertujuan agar warna benang
tidak mudah luntur.
Setelah benang
yang dibutuhkan siap, maka tahap selanjutnya adalah merajut benang menjadi
kain. Setelah kain terbentuk, maka tahapan selanjutnya adalah membuat
motif-motif, seperti motif alam, flora, dan fauna, dengan menggunakan
benang-benang berwarna. Selanjutnya motif tersebut disulam (sistim cucuk)
dengan benang emas dan benang perak. Setelah disulan dengan benang emas dan
perak, maka selembar Kain Tapis sudah selesai dibuat.
Proses menyulam Kain Tapis
Saat ini,
bahan-bahan untuk membuat Kain Tapis telah banyak tersedia di pasaran. Oleh
karena itu para pengrajin Kain Tapis tidak perlu lagi melakukan pemintalan dan
pewarnaan benang sendiri. Demikian juga dengan pembuatan Kain Tapis, jika pada
awalnya oleh kaum ibu dan para gadis diwaktu senggang, maka saat ini dilakukan
oleh penenun profesional di rumah-rumah produksi tenun.
Untuk membuat Kain Tapis Inuh
misalnya, seorang penenun membutuhkan tiga hingga empat benang yang telah
diberi warna, yakni kuning, hitam, hijau, dan merah. Warna-warna benang
tersebut harus dibuat redup (tidak cerah) agar mirip dengan warna asli Kain
Tapis Inuh tempo dulu. Benang yang telah diwarnai tersebut kemudian ditenun
secara kasar, lalu diberi motif sablon untuk memandu tenunan. Tenunan kasar itu lantas diurai hingga hanya meninggalkan motif yang
diinginkan. Selanjutnya, benang yang diberi warna disisipkan membentuk motif warna.
Setelah itu, kain hasil tenunan dipres dengan mesin agar halus dan ikatan
tenunannya kuat. Selanjutnya disulam dengan sistim cucuk dengan menggunakan benang emas dan perak. Penyulaman merupakan proses terakhir
pembuatan Kain Tapis (http://www.korantempo.com).
0 komentar:
Posting Komentar