Jumat, 24 Mei 2013

Proses Pembuatan 3

Proses Pembuatan Kain Tapis
Kain Tapis biasanya dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) ketika waktu senggang. Pembuatan kain ini bertujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Saat ini, pembuatan Kain Tapis dibuat oleh penenenun profesional di rumah-rumah produksi tenun, dan digunakan untuk memenuhi permintaan pasar (http://www.visitLampung2009.com).
Tahap paling awal pembuatan Kain Tapis adalah pemintalan kapas (khambak) menjadi benang katun, dan pemintalan kepompong ulat sutera menjadi benang emas. Kemudian benang-benang tersebut diawetkan dengan cara direndam dalam air yang dicampur dengan akar serai wangi. Setelah proses pengawetan selesai, tahap selanjutnya adalah proses pewarnaan benang dengan menggunakan bahan-bahan alami. Untuk mendapatkan benang berwarna coklat misalnya, benang katun direndam dalam air yang dicampur dengan serbuk kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian. Setelah warna benang sesuai dengan warna yang diinginkan, maka benang direndam dalam air yang dicampur daun sirih. Perendaman ini bertujuan agar warna benang tidak mudah luntur.
Setelah benang yang dibutuhkan siap, maka tahap selanjutnya adalah merajut benang menjadi kain. Setelah kain terbentuk, maka tahapan selanjutnya adalah membuat motif-motif, seperti motif alam, flora, dan fauna, dengan menggunakan benang-benang berwarna. Selanjutnya motif tersebut disulam (sistim cucuk) dengan benang emas dan benang perak. Setelah disulan dengan benang emas dan perak, maka selembar Kain Tapis sudah selesai dibuat.

Proses menyulam Kain Tapis
Saat ini, bahan-bahan untuk membuat Kain Tapis telah banyak tersedia di pasaran. Oleh karena itu para pengrajin Kain Tapis tidak perlu lagi melakukan pemintalan dan pewarnaan benang sendiri. Demikian juga dengan pembuatan Kain Tapis, jika pada awalnya oleh kaum ibu dan para gadis diwaktu senggang, maka saat ini dilakukan oleh penenun profesional di rumah-rumah produksi tenun.
Untuk membuat Kain Tapis Inuh misalnya, seorang penenun membutuhkan tiga hingga empat benang yang telah diberi warna, yakni kuning, hitam, hijau, dan merah. Warna-warna benang tersebut harus dibuat redup (tidak cerah) agar mirip dengan warna asli Kain Tapis Inuh tempo dulu. Benang yang telah diwarnai tersebut kemudian ditenun secara kasar, lalu diberi motif sablon untuk memandu tenunan. Tenunan kasar itu lantas diurai hingga hanya meninggalkan motif yang diinginkan. Selanjutnya, benang yang diberi warna disisipkan membentuk motif warna. Setelah itu, kain hasil tenunan dipres dengan mesin agar halus dan ikatan tenunannya kuat. Selanjutnya disulam dengan sistim cucuk dengan menggunakan benang emas dan perak. Penyulaman merupakan proses terakhir pembuatan Kain Tapis (http://www.korantempo.com).


0 komentar:

Posting Komentar