Jumat, 24 Mei 2013

Nilai-nilai dalam kain tapis


Nilai-nilai yang ada dalam kain tapis
Kain Tapis merupakan salah satu bentuk pencapaian peradaban Lampung. Di dalam kain ini, tersimpan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Lampung. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah nilai sakral, stratifikasi sosial, sejarah, pemahaman terhadap alam, kreativitas, inklusivitas, dan nilai ekonomis.
Pertama, nilai sakral. Kain Tapis biasanya dipakai dalam setiap upacara adat dan keagamaan, dan merupakan perangkat adat yang serupa pusaka keluarga. Kain ini bagi masyarakat Lampung merupakan simbol kesucian. Kain ini diyakini dapat melindungi pemakainya dari segala macam kotoran luar. Sebagai simbol kesucian, maka proses pembuatan Kain Tapis dilakukan secara cermat dan melalui tahapan-tahapan yang cukup rumit.  Nilai-nilai sakral ini juga dapat dilihat pada bentuk motifnya yang mengandung makna-makna simbolis-filosofis, seperti motif pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia, dan adanya aturan-aturan kapan dan pada acara apa kain ini digunakan.
Kedua, stratifikasi sosial. Kain ini juga berfungsi sebagai penanda status sosial seseorang. Artinya, dengan melihat Kain Tapis yang digunakan, maka kita akan mengetahui status sosial orang tersebut. Misalnya dalam upacara pengambilan gelar adat ada orang yang menggunakaan Tapis Tuho, maka orang tersebut dipastikan mempunyai status sosial yang tinggi. Menurut aturan adat, yang berhak menggunakan Tapis Tuho adalah isteri dari orang yang sedang mengambil gelar sultan, orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sultan, dan atau istri sultan yang menghadiri upacara pengambilan gelar kerabat dekatnya.
Ketiga, nilai sejarah dan pemahaman terhadap alam. Dengan melihat motif Kain Tapis, maka kita akan mengetahui sejarah perkembangan masyarakat Lampung, dan sekaligus mengetahui kondisi alam di mana masyarakat Lampung hidup. Alam bagi para pengrajin Tapis merupakan sumber inspirasi bagi penciptaan motif-motif. Misalnya penggunaan beragam jenis transportasi laut telah memberi ide penggunaan motif hias berupa aneka macam bentuk kapal. Dengan melihat motif-motif kapal tersebut, maka kita akan mengetahui bahwa sejak zaman dahulu masyarakat Lampung telah mengenal beragam bentuk dan konstruksi kapal.
Keempat, nilai kreativitas dan inklusivitas. Ragam hias dan motif pada Kain Tapis merupakan bukti dari kreativitas masyarakat Lampung. Mereka menghayati alam dan ”melukiskannya” dalam kain. Selain itu, Kain Tapis juga merupakan manifestasi dari akulturasi antara antara unsur-unsur hias kebudayaan tempatan (lama) dengan unsur-unsur hias kebudayaan lain (baru). Terjadinya akulturasi ini merupakan sifat kebudayaan Lampung yang inklusif. Para pendahulu orang Lampung mengajarkan kepada kita agar tidak merubah khazanah kebudayaan sendiri dan merubahnya dengan kebudayaan orang lain, tetapi menjadikan kebudayaan lain sebagai sumber inspirasi untuk memperkaya kebudayaan sendiri. 
Kelima, nilai ekonomi. Dalam paradigma ekonomi kreatif, maka kreativitas mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal inilah yang nampaknya mulai disadari oleh masyarakat Lampung. Dengan kreativitas dan inovasi, misalnya menciptakan Kain Tapis yang sesuai kebutuhan pasar, maka Kain Tapis dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat Lampung. Sebagai sumber ekonomi, maka Kain Tapis tidak hanya memberikan kebanggaan secara budaya (imateriil) kepada masyarakat, tetapi juga yang bersifat ekonomi (materiil). Namun pengembangan nilai ekonomis Kain Tapis harus dilakukan secara hati-hati dan cermat agar Kain Tapis tidak tercerabut dari akar lokalitasnya.  




0 komentar:

Posting Komentar