Nilai-nilai yang ada dalam kain tapis
Kain Tapis
merupakan salah satu bentuk pencapaian peradaban Lampung. Di dalam kain ini,
tersimpan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Lampung.
Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah nilai sakral, stratifikasi sosial,
sejarah, pemahaman terhadap alam, kreativitas, inklusivitas, dan nilai
ekonomis.
Pertama, nilai sakral. Kain Tapis biasanya dipakai dalam setiap upacara adat dan
keagamaan, dan merupakan perangkat adat yang serupa pusaka keluarga. Kain ini
bagi masyarakat Lampung merupakan simbol kesucian. Kain ini diyakini dapat
melindungi pemakainya dari segala macam kotoran luar. Sebagai simbol kesucian,
maka proses pembuatan Kain Tapis dilakukan secara cermat dan melalui
tahapan-tahapan yang cukup rumit. Nilai-nilai sakral ini juga dapat
dilihat pada bentuk motifnya yang mengandung makna-makna simbolis-filosofis,
seperti motif pohon hayat dan bangunan yang berisikan roh manusia, dan adanya
aturan-aturan kapan dan pada acara apa kain ini digunakan.
Kedua, stratifikasi sosial. Kain ini juga berfungsi sebagai penanda status
sosial seseorang. Artinya, dengan melihat Kain Tapis yang digunakan, maka kita
akan mengetahui status sosial orang tersebut. Misalnya dalam upacara
pengambilan gelar adat ada orang yang menggunakaan Tapis Tuho, maka orang
tersebut dipastikan mempunyai status sosial yang tinggi. Menurut aturan adat,
yang berhak menggunakan Tapis Tuho adalah isteri dari orang yang sedang
mengambil gelar sultan, orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar
sultan, dan atau istri sultan yang menghadiri upacara pengambilan gelar kerabat
dekatnya.
Ketiga, nilai sejarah dan pemahaman terhadap alam. Dengan
melihat motif Kain Tapis, maka kita akan mengetahui sejarah perkembangan
masyarakat Lampung, dan sekaligus mengetahui kondisi alam di mana masyarakat
Lampung hidup. Alam bagi para
pengrajin Tapis merupakan sumber inspirasi bagi penciptaan motif-motif.
Misalnya penggunaan beragam jenis transportasi laut telah memberi ide penggunaan
motif hias berupa aneka macam bentuk kapal. Dengan melihat motif-motif kapal
tersebut, maka kita akan mengetahui bahwa sejak zaman dahulu masyarakat Lampung
telah mengenal beragam bentuk dan konstruksi kapal.
Keempat, nilai kreativitas dan inklusivitas. Ragam hias dan motif pada Kain Tapis
merupakan bukti dari kreativitas masyarakat Lampung. Mereka menghayati alam dan
”melukiskannya” dalam kain. Selain itu, Kain Tapis juga merupakan manifestasi
dari akulturasi antara antara unsur-unsur hias kebudayaan tempatan (lama)
dengan unsur-unsur hias kebudayaan lain (baru). Terjadinya akulturasi ini
merupakan sifat kebudayaan Lampung yang inklusif. Para pendahulu orang Lampung
mengajarkan kepada kita agar tidak merubah khazanah kebudayaan sendiri dan
merubahnya dengan kebudayaan orang lain, tetapi menjadikan kebudayaan lain
sebagai sumber inspirasi untuk memperkaya kebudayaan sendiri.
Kelima, nilai ekonomi. Dalam paradigma ekonomi kreatif, maka kreativitas
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal inilah yang nampaknya mulai disadari oleh
masyarakat Lampung. Dengan kreativitas dan inovasi, misalnya menciptakan Kain
Tapis yang sesuai kebutuhan pasar, maka Kain Tapis dapat menjadi sumber ekonomi
bagi masyarakat Lampung. Sebagai sumber ekonomi, maka Kain Tapis tidak hanya
memberikan kebanggaan secara budaya (imateriil) kepada masyarakat,
tetapi juga yang bersifat ekonomi (materiil). Namun pengembangan nilai ekonomis
Kain Tapis harus dilakukan secara hati-hati dan cermat agar Kain Tapis tidak
tercerabut dari akar lokalitasnya.
0 komentar:
Posting Komentar